Pengukuran Dan Penilaian Dalam Pendidikan


Dalam lapangan psikologi dan pendidikan istilah pengukuran dan penilaian sering di artikan yang sama. Keduanya di pandang sebagai usaha untuk mengetahui hasil dari sesuatu. Bila kita mengukur dan menilai kecerdasan, berarti kita bermaksud untuk mengetahui hasil perbuatan yang kita anggap pencerminan dari kecerdasan.

Baca juga:Belajar Menurut Para Ahli Psikologi Pendidikan

Sebenarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda, Evaluasi punya arti yang lebih luas dari pada mengukur dan mengukur termasuk sebagai alat evaluasi (penilaian). Bila ada seseorang mengadakan evaluasi berarti dia telah melakukan pengukuran.
Pada dasarnya mengukur bersifat kuantitatif sedang evaluasi (penilaian) bersifat kualitatif. Tapi kedua kata tersebut lebih sering di artikan sama (sinonim).

Pengukuran Dalam Pendidikan



Menurut beberapa dugaan bahwa pengukuran dalam lapangan pendidikan sudah ada sejak adanya pendidikan. Tiap-tiap orang yang memberikan pendidikan, baik pendidikan yang di berikan pada orang lain, maupun pendidikan yang di berikan kepada anaknya sendiri.

Karena pendidikan merupakan sebagian dari aspek kehidupan, maka terjadilah pengukuran dan penilaian. Evaluasi dapat berwujud pertanyaan, dan dapat juga dari hasil pengamatan.

Tentunya pengukuran dan penilaian yang demikian itu ialah bersifat kasar dan belum dapat memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Dengan munculnya pendidikan formal yang di lakukan di sekolah-sekolah, pengukuran dan penilaian mendapatkan bentuk yang jelas dan tegas.

Dalam pendidikan di sekolah guru berusaha untuk nengetahui secara tepat hasil pelajaran yang di berikan kepada murid-muridnya. Ingin tahu dengan pasti seberapa jauh hasil KBM yang telah di berikan itu di kuasainya dengan melalui ujian lisan maupun tertulis sedang jawaban yang berwujud uraian panjang itu di sebut Essey.

Faktor utama yang mendorong timbulnya ujian tertulis yang berbentuk essey ini adalah karena ujian lisan dalam hal-hal tertentu sulit untuk di laksanakan.

Penggunaan ujian tertulis secara besar-besaran baik sebagai pengganti maupun sebagai pelengkap ujian lisan baru timbul pada awal abad 19.

Keunggulan ujian tertulis daripada ujian lisan

1). Bahan-bahan yang di berikan kepada seluruh anak yang di uji bentuk dan isinya sama
2). Waktu untuk mengerjakan sama

Walaupun demikian ujian tertulis yang berbentuk essey ini belum dapat menghilangkan kelemahan-kelemahan yang penting dari ujian lisan, yaitu penilaian yang sifatnya masih cenderung Obyektif.

Di Indonesia di kenal 4 macam test Obyektif

1). Test Benar Salah/True False
2). Melengkapi atau Completation
3). Menjodohkan atau Maching jawaban jamak (Multiple Choise)
4). Hubungan sebab akibat

Fungsi Pengukuran Dan Penilaian Dalam Pendidikan



Fungsi pengukuran dan penilaian dalam pendidikan ialah Guru menyadari pentingnya dan perlunya pengukuran di sekolah-sekolah untuk mengetahui prestasi yang telah di miliki anak didiknya.

Pengukuran yang berbentuk test atau ujian mempunyai fungsi yang bermacam-macam

1). Untuk mengukur hasil pembuatan belajar
2). Untuk mengadakan evaluasi terhadap perbuatan mengajar
3). Pengukuran dapat di pergunakan untuk menyadarkan anak kepada kemampuannya

4). Pengukuran juga dapat di pergunakan sebagai alat untuk menimbulkan motivasi
5). Pengukuran dapat di jadikan petunjuk dalam usaha belajar (semangat belajar)
6). Pengukuran dapat di jadikan dasar menentukan penghargaan atau hadiah.

Klasifikasi Test Dalam Pendidikan



Test dalam lapangan pendidikan dapat di bagi atas dasar strukturnya, fungsinya dan atas dasar cara menjawabnya.

Pembagian test atas dasar fungsinya

1). Test Bakat
2). Test Kecakapan (Achievementatif)
3). Test Ikhtisar umum (General Survey Test)
4). Test Diagnosi
5). Test Psichostest (Test Prognostix)
6). Test Kecepatan (Speed Test)
7). Test Kemampuan (Power Test).

Pada kesanggupan waktu di sediakan cukup lama yang cukup untuk mengerjakan tugas itu, akan tetapi besarnya tugas tersebut tak dapat di selesaikan. Bila test di bagi atas dasar strukturnya ini ada 2 macam yaitu test Essey dan test Obyektif.

Test Obyektif ada 5 macam

1). Benar Salah
2). Bentuk menjodohkan
3). Bentuk mengisi
4). Bentuk jawaban banyak
5). Hubungan sebab akibat.

Kelemahan test lisan

1). Guru harus mengingat-ingat jawaban anak, di samping ia mengerjakan pertanyaan (ini adalah hal yang sukar di kerjakan)
2). Pertanyaan yang di berikan kepada masing-masing anak tidak sama.
3). Faktor subyektivitas sulit di hilangkan.

Kelebihan test obyektif

1). Penilaian lebih obyektif
2). Mudah dscor
3). Jawaban sudah pasti
4). Bahasa yang di pakai sederhana dan pendek
5). Pertanyaan yang di berikan dapat mencakup sebagian besar bahan pelajaran.

kelemahan test Obyektif

1).test obyektif tidak mungkin di gunakan untuk menyelidiki kemampuan anak berfikir secara teratur.
2). Membuat test obyektif membutuhkan waktu yang lama.

Setelah kita mengetahui kelemahan dan kelebihan test-test tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa test obyektif tidak dapat mengganti kedudukan test essey tetapi test obyektif tidak dapat mengurangi kelemahan yang terdapat pada test essey dan ada kebaikan yang terdapat pada essey yang tidak dapat kita jumpai pada test obyektif. Maka dalam lapangan pengukuran penilaian kedua macam bentuk test tersebut masih perlu di pakai kedua-duanya.

Selamat Membaca!!!