Ilmu Kalam Dalam Mempertahankan Aqida
Dalam Ilmu Kalam di bahas tentang berbagai persoalan tentang aqidah atau keyakinan, baik melalui penalaran dalil aqli untuk mendukung dalil-dalil naqli maupun dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW. Tujuan ataupun fungsi dari pembahasan ini adalah untuk membentengi Aqidah Umat Islam dari berbagai macam upaya penyesatan dan penyimpangan, hingga bertujuan untuk mempertahankan dari upaya pendangkalan yang di lakukan oleh orang-orang yang menghendaki kehancuran Islam.
Mengingat akhir-akhir ini Umat Islam telah menghadapi berbagai macam cobaan, mulai dari munculnya beberapa aliran, salah satu penyebabnya adalah di kalangan kaum Muslimin telah terjadi perbedaan pendapat yang melahirkan berbagai aliran dalam aspek-aspek i’tiqad, politik dan fiqh. Perbedaan ini tidak sampai menyentuh inti agama Islam, misal mengenai keEsaan Allah, dengan kata lain bahwa perbedaan itu hanya menyentuh msalah-masalah yang bukan prinsipal.
Akan tetapi perbedaan mengenai aqidah merupakan suatu keburukan, hal ini berdasar atas perkataan Zainab binti Jahsy dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari:
"Nabi terbangun dengan wajah kemerah-merahan seraya bersabda, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah. Celakalah orang-orang Arab karena suatu kejahatan telah dekat".
Sabda Nabi tersebut mengisyaratkan tentang perselisihan yang akan terjadi diantara kaum Muslimin sepeninggal beliau. Dalam sebuah hadis yang lain di riwayatkan bahwa Nabi bersabda:
"Kaum Yahudi teepecah menjadi tujuh puluh satu golongan, Kaum Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan Umatku akan terpecah pula menjadi tujuh puluh tiga golongan".
Para Ulama hadits telah membicarakan kesahihan hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang berbeda-beda ini.Ql-Muqabbalu umpamanya, dalam kitabnya yang berjudul al-'Ilmi al-Syamikh mengatakan bahwa hadis tentang perpecahan umat kedalam 73 golongan itu mempunyai banyak riwayat yang saling menguatkan sehingga tidak ada keraguan sedikit pun tentang makna yang dikandungnya.
Sebagaimana diketahui bahwa dasar pokok utama dalam Islam adalah aqidah atau keyakinan secara etimologik, aqidah berarti credo, keyakinan hidup, dan secara khusus aqidah berarti kepercayaan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Menurut Arifin Zainal Dzamaris, aqidah istilah suatu yang dianut oleh manusia dan diyakini apakah berwujud agama atau lainnya.
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.
Penerapan Ilmu Kalam dalam mempertahankan dan membina Aqida Islam dapat dilakukan melalui tiga model pembelajaran yakni:
1. Formal melalui Sekolah
Mengajarkan Ilmu Kalam melalui sekolah maupun perguruan tinggi sangat penting, agar dalam membentengi Aqidah anak-anak, remaja dan generasi muda sedini mungkin sehingga tidak mudah terjadinya penyesatan maupun penyimpangan bagi mereka. Mempertahankan Aqida sebagai bagian integral didalam sistem ajaran Islam.
Logika berpikir dalam Ilmu Kalam sudah semestinya dikenalkan dan dibangun dengan tujuan menumbuhkan kesadaran tentang wujud Allah sebagai Zat yang Wajib di sembah dan di patuhi segala perintah-Nya, kesadaran tentang penciptaan alam dan Manusia yang sangat kreatif, unik dan canggih sehingga merangsang proses internalisasi Nilai-Nilai keImanan dalam praktik Ibadah dan Perilaku sehari-hari.
Pembelajaran Aqidah tidak saja merangsang Logika berfikir tentang keEsaan Allah dan pencipta alam semesta, tetapi menjangkau pengkajian tentang dasar-dasar Filosofis dan Logika dalam berbagai isu dan tema Teologis yang Strategis. Hal ini akan membentuk wacana dialog yang terbuka dan kondusif sehingga mampu membentengi dirinya dari kesesatan dan kemuslihatan Aqida agama lain
2. Non Formal
Dengan melalui ceramah agama, Khutbah, Pelatihan dakwah dan kegiatan formal lainnya dapat dilakukan dengan tujuan untuk meneguhkan umat Islam agar terap mengEsakan Allah, meyakini kebenaran Islam, meyakini kerasulan Muhammad SAW., dan meyakini kebenaran hal-hal Gaib lainnya, seperti kepastian tentang keadilan Tuhan dan pembalasan tentang Amal Manusia dengan Surga dan Neraka.
3. Pembelajaran Khusus Tentang Perbandingan Agama Dalam masyarakat mungkin tidaklah semua memiliki kempuan Metodologis dalam membandingkan berbagai ajaran agama, oleh karena itu didalam pembelajaran khusus tentang perbandingan Agama hanya dapat diikuti oleh masyarakat yang memiliki kemampuan tersebut, tentu dengan tetap melihat keunggulan dan keistimewaan akidah Islam.
Tujuan dari Pembelajaran khusus ini adalah bagaimana agar mayarakat yang mengikuti pembelajaran ini di dorong untuk bisa menemukan pijakan-pijakan teologis dalam mengemukakan berbagai kelemahan agama lain atau keyakinan umat lain serta bisa bersentuhan dengan keyakinan-keyakinan agama lain yang pijakan teologisnya sangat kuat sehingga sulit untuk dipatahkan.
Selain dari tiga model pembelajaran yng telah di bahas diatas, penerapan Ilmu Kalam dalam kehidupan yang Agamis dapat dilakukan dengan cara menyadari dan merenungkan secara sistematis hakikat penciptaan alam semesta, tanda-tanda kehidupan dan kematian disekitar manusia, kepastian tentang keadilan Tuhan di alam Akhirat, dan hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dalam berbagai ciptaan-Nya.
3. Pembelajaran Khusus Tentang Perbandingan Agama Dalam masyarakat mungkin tidaklah semua memiliki kempuan Metodologis dalam membandingkan berbagai ajaran agama, oleh karena itu didalam pembelajaran khusus tentang perbandingan Agama hanya dapat diikuti oleh masyarakat yang memiliki kemampuan tersebut, tentu dengan tetap melihat keunggulan dan keistimewaan akidah Islam.
Tujuan dari Pembelajaran khusus ini adalah bagaimana agar mayarakat yang mengikuti pembelajaran ini di dorong untuk bisa menemukan pijakan-pijakan teologis dalam mengemukakan berbagai kelemahan agama lain atau keyakinan umat lain serta bisa bersentuhan dengan keyakinan-keyakinan agama lain yang pijakan teologisnya sangat kuat sehingga sulit untuk dipatahkan.
Selain dari tiga model pembelajaran yng telah di bahas diatas, penerapan Ilmu Kalam dalam kehidupan yang Agamis dapat dilakukan dengan cara menyadari dan merenungkan secara sistematis hakikat penciptaan alam semesta, tanda-tanda kehidupan dan kematian disekitar manusia, kepastian tentang keadilan Tuhan di alam Akhirat, dan hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dalam berbagai ciptaan-Nya.