Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Keimanan
A. Ayat-Ayat Mutasyabihat dan Muhkamat
Al Qur'an adalah kitab suci, bacaan mulia umat Islam yang isinya maha lengkap. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dibagi dalam 30 juz. Seluruhnya berisi 114 surat dan 6236 ayat.
Dari sekian banyak ayat dalam Al Qur'an, ada yang disebut,ayat-ayat mutasyabihat dan ada yang disebut ayat-ayat muhkamat.
Firman Allah yang Artinya:
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (AlQur'an) kepada kamu Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) matasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran 7).
Ayat-ayat mutĂ syabihat adalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang di maksud, kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui, seperti ayat-ayat
yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib, misalnya : ayat-ayat me-
ngenai ruh, hari kiamat, surga, neraka dan sebagainya. Karena ayat
ayat mutasyabihat mengandung makna yang belum jelas, maka da-
lam menafsirkan ayat-ayat tersebut sering terjadi perbedaan pendapat.
Misalnya ayat yang Artinya:
Tangan Allah berada di atas tangan mereka. (QS. Al Fath: 10).
Sebagian golongan mengartikan ayat tersebut secara lahiriyah, yaitu bahwa Allah mempunyai tangan yang lebih tinggi dari tangan manusia.
Golongan yang lain mengartikan, bahwa Allah mempunyai tangan, tetapi tangan Allah itu berbeda dengan tangan makhluk-Nya. Mengenai wujud tangan Allah itu hanya Allah-lah yang mengetahui.
Ada pula golongan yang menafsirkan, bahwa yang dimaksud "tangan Allah" adalah "Kekuasaan Allah". Dengan demikian ayat diatas diartikan, bahwa "Kekuasaan Allah berada di atas kekuasaan
manusia.
Contoh yang lain adalah mengenai penafsiran ayat yang artinya berikut ini:
(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy. (QS. Thaahaa: 5).
Golongan yang lain mengartikan perkataan "istawa" adalah duduk bersila, hanya bersilanya Allah tidak sama dengan bersilanya manusia atau makhluk lainnya.
Ada pula Golongan yang mengartikan perkataan "istawa" dengan menguasai. Jadi menurut pendapat terakhir ini, bahwa yang dimaksud dengan "Tuhan bersemayam, di atas arsy" adalah "Tuhan menguasai arsy".
Adapun ayat-ayat yang muhkamat adalah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya serta dapat dipahami dengan mudah. Dengan demikian dalam memahami ayat-ayat muhkamat tidak terjadi perbedaan pendapat. Misalnya, ayat-ayat tentang hukum puasa yang terdapat pada surat Al Bagarah ayat 183-185, dengan jelas disebutkan tentang kewajiban berpuasa, siapa yang dikenai kewajiban, dan
bagaimana tatacara berpuasa, serta siapa yang boleh meninggalkan puasa, dan sebagainya.
berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran 7).
Ayat-ayat mutĂ syabihat adalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang di maksud, kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui, seperti ayat-ayat
yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib, misalnya : ayat-ayat me-
ngenai ruh, hari kiamat, surga, neraka dan sebagainya. Karena ayat
ayat mutasyabihat mengandung makna yang belum jelas, maka da-
lam menafsirkan ayat-ayat tersebut sering terjadi perbedaan pendapat.
Misalnya ayat yang Artinya:
Tangan Allah berada di atas tangan mereka. (QS. Al Fath: 10).
Sebagian golongan mengartikan ayat tersebut secara lahiriyah, yaitu bahwa Allah mempunyai tangan yang lebih tinggi dari tangan manusia.
Golongan yang lain mengartikan, bahwa Allah mempunyai tangan, tetapi tangan Allah itu berbeda dengan tangan makhluk-Nya. Mengenai wujud tangan Allah itu hanya Allah-lah yang mengetahui.
Ada pula golongan yang menafsirkan, bahwa yang dimaksud "tangan Allah" adalah "Kekuasaan Allah". Dengan demikian ayat diatas diartikan, bahwa "Kekuasaan Allah berada di atas kekuasaan
manusia.
Contoh yang lain adalah mengenai penafsiran ayat yang artinya berikut ini:
(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy. (QS. Thaahaa: 5).
Ada Golongan yang mengartikan perkataan "istawa" adalah bersemayam atau duduk bersila, sebagaimana duduk besilanya manusia.
Golongan yang lain mengartikan perkataan "istawa" adalah duduk bersila, hanya bersilanya Allah tidak sama dengan bersilanya manusia atau makhluk lainnya.
Ada pula Golongan yang mengartikan perkataan "istawa" dengan menguasai. Jadi menurut pendapat terakhir ini, bahwa yang dimaksud dengan "Tuhan bersemayam, di atas arsy" adalah "Tuhan menguasai arsy".
Adapun ayat-ayat yang muhkamat adalah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya serta dapat dipahami dengan mudah. Dengan demikian dalam memahami ayat-ayat muhkamat tidak terjadi perbedaan pendapat. Misalnya, ayat-ayat tentang hukum puasa yang terdapat pada surat Al Bagarah ayat 183-185, dengan jelas disebutkan tentang kewajiban berpuasa, siapa yang dikenai kewajiban, dan
bagaimana tatacara berpuasa, serta siapa yang boleh meninggalkan puasa, dan sebagainya.
B. Isra' Mi'raj
Salah satu peristiwa yang berkaitan dengan keimanan dan disebutkan dalam Al Qur an adalah Isra' Mi'raj.
Isra' menurut bahasa artinya perjalanan malam, dan Mi'raj artinya tangga untuk naik. Adapun yang dimaksud dengan isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW di malam hari dari Masjidil Haram (Mekkah) sampai ke Masjidil Aqsha (Yerussalem). Mi'raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW ke langit pertama sampai ke langit
yang ketujuh, bahkan sampai ke Sidratul Muntaha dan menerima wahyu langsung dari Allah, perintah mengerjakan shalat lima waktu.
Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan peristiwa mi'raj yang baru saja beliau alami dan luar biasa itu di hadapan penduduk Mekkah, terjadilah berbagai reaksi. Sebagian hadirin bertepuk tangan, bersorak-sorai kegirangan, karena berita yang luar biasa itu menurut mereka mustahil bisa terjadi. Hal tersebut merupakan alasan baru bagi mereka untuk menuduh Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang tidak waras, sebagai nabi palsu.
Sebagian lagi kagum mendengar berita tentang perjalanan yang begitu cepat dari Mekkah ke Yerussalem hanya memerlukan waktu semalam. Padahal perjalanan seperti itu mestinya ditempuh dalam waktu dua bulan (pergi pulang). Yang lebih mencengangkan lagi adalah perjalanan bumi dan langit hanya ditempuh dalam waktu satu malam.
Sebagian lagi kagum mendengar berita tentang perjalanan yang begitu cepat dari Mekkah ke Yerussalem hanya memerlukan waktu semalam. Padahal perjalanan seperti itu mestinya ditempuh dalam waktu dua bulan (pergi pulang). Yang lebih mencengangkan lagi adalah perjalanan bumi dan langit hanya ditempuh dalam waktu satu malam.
Di antara yang hadir ada yang pernah berkunjung ke Masjidil Aqsha. Untuk menguji kebenaran cerita Nabi Muhammad tentang isra' mi'raj, orang itu menanyakan kepada nabi tentang keadaan Masjidil Aqsha. Saat itu juga Allah menggambarkan Masjidil Aqsha di hadapan nabi seolah-olah masjid itu benar-benar berada di hadapan
beliau. Dengan demikian setiap pertanyaan tentang Masjidil Aqsha semuanya dapat dijawab oleh nabi dengan tepat. Ada pula yang bertanya tentang kafilah yang dalam perjalanan pulang, bagaimana keadaannya dan kapan akan tiba.
Nabi menjawab sebentar lagi kafilah itu akan tiba, di antaranya ada unta yang terkejut dan lari. Benar saja, tidak lama kemudian datanglah kafilah tersebut. Mereka menceritakan persis sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi menjawab sebentar lagi kafilah itu akan tiba, di antaranya ada unta yang terkejut dan lari. Benar saja, tidak lama kemudian datanglah kafilah tersebut. Mereka menceritakan persis sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Setelah mendengar jawaban-jawaban dari nabi dan semua jawaban itu benar sesuai dengan kenyataan, di antara orang-orang yang hadir ada yang mengejek, menuduh nabi sebagai seorang pendusta dan mereka semakin memusuhi nabi. Ada yang ragu-ragu antara percaya dan tidak. Sebagian lagi meyakini kebenaran cerita nabi tentang peristiwa isra' Mi'raj, bahkan mereka yang sudah beriman semakin bertambah tebal iman mereka.
Mengenai kebenaran perjalanan isra' dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsha (Yerussalem) baca lanjutannya disini
C. Arsy dan Kursi
Arsy menurut bahasa artinya tahta atau singgasana. Kata Kursi berarti tempat duduk. Kursi, dalam hal ini adalah kursi yang digunakan oleh raja atau pemimpin pemerintahan.
Adapun yang dimaksud dengan Arsy dan Kursi dalam kaitannya dengan keimanan adalah Tahta atau Singgasana Tuhan yang
tidak dapat diketahui hakikatnya oleh akal manusia dan hanya dapat diyakini adanya dan kebenarannya. Firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam
di atas arsy"(QS. Al A'raaf: 54)
Artinya:
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia ber
semayam di atas arsy.(QS. As Sajdah : 4).
Dalam surat Al Bagarah ayat 255 Allah berfirman pula yang artinya:
"Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar".
Pada ayat pertama dan kedua disebutkan bahwa setelah menciptakan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas "Arsy"
Kata Istawa' alal arsyi tidak dapat diterjemahkan secara lugas (lughawi) yaitu bahwa Allah bersemayam atau duduk bersila diatas singgasana. Allah tidak boleh disamakan dengan seorang raja yang sedang duduk di kursi kerajaannya. Hal yang demikian itu adalah mustahil. Sebab Allah berlainan dengan makhluk-Nya.
"Mukha..lafatuhu lilhawadisi"
"Mukha..lafatuhu lilhawadisi"
Dengan demikian Arsy yang dimaksud pada ayat tersebut di atas adalah bahwa Allah menguasai kerajaan-Nya. Bersemayam di atas arsy adalah salah satu sifat Allah yang wajib kita imani.
Begitu pula halnya dengan "Kursi" yang terdapat pada ayat "Wasi-akursiyyuhussamaawaati Wal arda".
Tidak dapat diartikan dengan "kursi" yang lazim kita kenal. "Kursi" dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.
Tidak dapat diartikan dengan "kursi" yang lazim kita kenal. "Kursi" dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.
D. Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman
Simaklah ayat Al Qur'an berikut ini!
Dalam QS. An Nissan (157-158) di jelaskan yang artinya :
Dalam QS. An Nissan (157-158) di jelaskan yang artinya :
Dan karena ucapan mereka, Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah," padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam ke-
ragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisaa 157-158)
Dari keterangan pengertian ayat di atas sudah jelas, bahwa Nabi Isa AS tidak meninggal di kayu salib. Yang mati disalib saat itu adalah Yudas Iskariot, pengikut Nabi Isa yang berkhianat. Sedangkan Nabi
Isa AS diselamatkan Allah.
Di dalam Injil Barnabas Injil yang murni yang sudah ditinggalkan oleh umat Kristiani saat ini dinyatakan bahwa tentara Yunani itu menangkap Yudas Iskariot itu sendiri, karena menyangka dialah Nabi Isa. Tokoh pengkhianat itu agaknya telah diubah wajahnya oleh Allah SWT mirip seperti Nabi Isa.
Kesimpulan dari semua riwayat dan keterangan yang disampaikan kaum muslimin, semua sepakat, bahwa Nabi Isa telah diselamatkan Allah dari usaha pembunuhan. Yang menjadi masalah
adalah, bagaimana Allah menyelamatkan Nabi Isa.
Pengertian ayat :
Balrafa-ahullahu Ilaihi.
"tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya"
"tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya"
Sebagian ahli tafsir berpendapat, bahwa Allah mengangkat Nabi Isa dalam arti mewafatkan dan membersihkannya dari orang-orang kafir, Jadi diangkatnya Nabi Isa ke langit - menurut pendapat ini bukan
berarti dengan jasad dan ruhnya, atau ruhnya saja.
Pendapat yang lain mengatakan, bahwa Nabi Isa diangkat ke langit dalam arti di-
angkat ruhnya. Adapun pendapat yang masyhur di kalangan kebanyakan ahli tafsir adalah, bahwa Allah SWT telah mengangkat Nabi Isa ke langit berupa ruh berikut jasadnya sekaligus. Alasan
yang dikemukakan oleh orang yang berpendapat terakhir ini adalah,
bahwa Allah Maha Kuasa, apapun yang dikehendaki-Nya, walaupun itu mustahil bagi manusia, bagi Allah segalanya bisa terjadi.
Alasan yang lainnya adalah ayat Al Qur'an tentang peristiwa isra mi'raj yang menerangkan tentang Allah telah memperjalankan Nabi Muhammad. SAW jasad dan ruhnya sampai ke langit yang ke-7 hanya dalam waktu semalam. Selain itu ada keterangan dalam hadits mengenai mi'raj bahwa dalam perjalanan mi'raj Nabi Muhammad melihat Nabi Isa bersama anak dari saudara perempuan ibunya, yaitu Yahya di langit kedua.
Apakah Nabi Isa AS akan turun pada akhir zaman? Di dalam sebuah hadits disebutkan yang artinya:
"Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghiffari r.a. katanya, "Rasulullah SAW menengok kami ketika kami sedang berbincang-bincang
seraya bertanya, "Apa yang sedang kalian perbincangkan?" Jawab para sahabat, "Kami berbincang-bincang mengenai hari
kiamat," Beliau bersabda : "Kiamat tidak akan terjadi sebelum terlihat sepuluh macam tanda : (1) Ad dukhan (asap atau ka-
but), (2) Dajjal (si penipu besar), (3) Dabbah (binatang melata), (4) Matahari terbit di barat, (5) Isa anak Maryam a.s. turun, (6) Ya'juj dan Ma'juj, (7) Gerhana di timur, (8) Gerhana di barat, (9) Gerhana di jazirah Arab, (10) Api menyala di Yaman menghalau umat manusia ke mahsyar (tempat berkumpul)".
Berdasarkan pengertian dari hadits di atas, bahwa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Peristiwa tersebut sekaligus merupakan tanda-tanda datangnya hari kiamat.
E. Dajjal
Dalam beberapa hadits Rasulullah, baik yang diriwayatkan oleh Bukhari maupun Muslim banyak disebutkan tentang Dajjal. Siapakah sebenarnya Dajjal itu? Perhatikanlah beberapa hadits berikut
ini! yang Artinya:
Dari Anas bin Malik r.a. katanya, Rasulullah bersabda, "Tidak ada seorang nabi melainkan dia mengingatkan umatnya su-
paya waspada terhadap si picek pembohong besar. Ketahuilah! Dia picek, sedangkan Tuhanmu tidak picek. Antara kedua matanya tertulis "k -f - r (kafir)." (HR. Muslim).
Dajjal terdiri atas dua macam, yaitu Dajjal kecil dan Dajjal besar Dajjal kecil telah ada sejak lama, sejak zaman Nabi Muhammad SAW bahkan ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa Dajal kecil telah datang pada setiap nabi. Dajal kecil selalu menghalang-halangi setiap dakwah nabi serta mencegah tersiarnya agama Islam. Dajjal menghembus-hembuskan berita bohong dan mengganggu ketenteraman
masyarakat.
Di dalam hadits disebutkan, bahwa Dajjal memiliki mata buta sebelah (picek). Arti dari mata buta sebelah bisa jadi bermakna
kiasan yang maksudnya adalah bahwa Dajjal melihat kehidupan ini dengan sebelah mata, yaitu hanya melihat dunia tanpa melihat atau tanpa menghiraukan kehidupan akhirat. Dirayunya manusia dengan tipu daya dunia, difitnah sehingga masyarakat menjadi resah dan kacau.
F. Ya'juj dan Ma'juj
Di dalam Al Qur'an diceritakan, bahwa penduduk di suatu daerah menyampaikan pengharapan kepada Zulkarnain, supaya dibuatkan batas antara mereka dengan Ya'juj dan Ma'juj, karena bangsa Ya'juj
dan Ma'juj selalu mengganggu mereka. Zulkarnain pun membuatkan dinding dengan bantuan penduduk tersebut. Dinding itu dibuat diantara dua gunung, sangat kokoh, sehingga tidak bisa ditembus, dilubangi dan tidak bisa dinaiki.
Firman Allah SWT yang Artinya:
Mereka berkata, Hai Zulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara mereka? (QS. Al Kahfi : 94)
Setelah bangunan dinding itu selesai, Zulkarnain mengatakan bahwa pada suatu masa, apabila tiba janji Tuhan, dinding itu akan hancur dan tidak berguna lagi, sehingga Ya'juj dan Ma'juj itu bisa keluar dari daerahnya, mengalir dengan tidak dapat dihalangi.
Firman Allah SWT.
yang Artinya :
Zulkarnain berkata, "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan men-
jadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar."(QS. Al Kahfi 98)
Dari ayat di atas, ada tiga hal yang belum jelas, yaitu : siapa Zulkarnain itu, siapa pula Ya'juj dan Ma'juj itu, di mana terletak dinding yang kokoh itu? Mengenai siapa sebenarnya Zulkarnain
itu, akan dijelaskan pada uraian mendatang. Mengenai dinding yang
kokoh, yang terletak di antara dua gunung, menurut pendapat berapa ahli, besar kemungkinan terletak di kota Darbend, di
gunungan Kaukasus. Kota Darbend, itu dahulu bernama Babul Hadid (Pintu Besi). Kalau begitu, boleh jadi Ya'juj dan Ma'juj adalah bangsa Mongol.
itu, akan dijelaskan pada uraian mendatang. Mengenai dinding yang
kokoh, yang terletak di antara dua gunung, menurut pendapat berapa ahli, besar kemungkinan terletak di kota Darbend, di
gunungan Kaukasus. Kota Darbend, itu dahulu bernama Babul Hadid (Pintu Besi). Kalau begitu, boleh jadi Ya'juj dan Ma'juj adalah bangsa Mongol.
Di dalam kitab tafsir Al Maraghi juz 16 disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan Yajuj adalah bangsa Tartar, dan Ma'juj adalah bangsa Mongol. Mereka berasal dari satu keturunan, dari kakeknya yang tertinggi yang bernama Turk. Para ahli sejarah Arab maupun Eropa menjelaskan, bahwa bangsa Tartar dan Mongol banyak membuat perubahan di kalangan bangsa-bangsa di sekitarnya. Mereka membuat keonaran dan merusak di berbagai negeri, sebab di antara mereka terdapat suku-suku bangsa yang masih buas dan biadab.
G. Zulkarnain
Kisah tentang Zulkarnain disebutkan dalam Al Quran, bahwa dia adalah seorang raja yang diberi oleh Tuhan berupa kekuasaan
dan kedudukan yang kuat. Ia adalah seorang raja yang adil, menghukum yang bersalah dan melindungi yang lemah. la juga seorang raja yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Zulkarnain menurut arti bahasa ialah raja yang mempunyai dua tanduk. Perkataan "tanduk" di sini memiliki makna kiasan yang maksudnya adalah orang yang berkuasa di Timur dan di Barat, atau orang yang mempunyai kekuasaan yang sangat luas.
Siapa sebenarnya Zulkarnain yang disebutkan di dalam AlQur'an itu? Mengenai hal ini para ahli tafsir dan para ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan, bahwa Zulkarnain itu ialah
Alexander de Great (Iskandar yang agung), seorang raja yang pernah berkuasa di Yunani pada tahun 356-322 SM. Pendapat ini masih banyak yang meragukan, karena Alexander de Great bukanlah seorang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, melainkan seorang musyrik yang memuja dewa-dewa Yunani, sedangkan Zul
karnain yang disebutkan dalam Al Qur'an adalah seorang mukmin.
Sebagian lagi mengatakan, bahwa Zulkarnain itu adalah Darius seorang raja dari Persia yang memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas. Ada pula yang berpendapat bahwa Zulkarnain adalah seorang raja di zaman Nabi Ibrahim. la tawaf bersama Nabi Ibrahim di Ka'bah, serta berkurban karena Allah.
Itulah beberapa masalah yang berhubungan dengan keimanan, Semoga bermanfaat.