Hukum Mendel Pada Manusia
Hasil eksperimen Mendel tidak segera mendapat tanggapan dari ahli-ahli lain. Khusus ahli biologi baru pada tahun 1900 ada perhatian setelah di muat dalam jurnal 1866 akhirnya eksperimen secara luas mengenai tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan prinsip Mendel, mulai di kerjakan orang, sehingga mengenai keterangan heriditet makin menjadi jelas di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Akan tetapi penyelidikan-penyelidikan yang di laksanakan pada manusia sangat terbatas bila di bandingkan dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga keterangan mengenai heriditet manusia tidak begitu komplit sepeti tumbuh-tumbuhan dan hewan, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor :
1). Penyelidik lebih suka melakukan penyelidikan pada tumbuhan dan hewan dari pada manusia, sebab kaidah-kaidah masyarakat tidak membolehkan cara-cara itu di lakukan pada manusia.
2). Penyelidik lebih suka melakukan pada tumbuhan dan hewan dari pada manusia, sebab tumbuh-tumbuhan dan hewan lebih mudah di kontrol. Pada tumbuhan dan hewan orang dengan mudah mengatur dan menentukan sifat-sifat dan bentuk-bentuk penyelidikan.
3). Pada umumnya banyak anak dalam satu keluarga pada manusia sangat sedikit, yang mana ini juga merupakan kesulitan untuk menentukan heriditet (prinsip Mendel).
Tidak mungkin kita mendapatkan suatu sample Mendel (yang menurut ketentuan pada generasi ke dua akan menunjukkan perbandingan 3:1), bila dalam keluarga hanya terdapat 2 atau 3 anak.
Akan tetapi penyelidikan yang di lakukan terhadap family history menunjukkan juga bahwa pada manusia terdapat sifat-sifat dan ciri-ciri yang di turunkan, dan dalam keturunan berlaku hukum Mendel.http://feeds.feedburner.com/kelassonline