Proses-Proses Sosial Yang Disosiatif
Proses-proses sosial atau interaksi sosial yang disosiatif sering pula di sebut sebagai proses yang bersifat oposisi (oppositional process).
Baca Juga
Proses-Proses Sosial Yang Asosiatif
Sama halnya dengan proses sosial yang Asosiatif, disosiatif dapat kita temukan dalam setiap masyarakat. Seperti yang saya terangkan di atas bahwa proses sosial yang disosiatif adalah proses yang bersifat oposisi yang dalam artian sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk suatu tujuan tertentu.
Adapun bentuk dari proses sosial yang disosiatif yaitu:
1). Persaingan/Kompetisi (Competition)
2). Kontravensi (Contravention)
3). Pertentangan/Pertikaian/Konflik (Contflict).
(1). PERSAINGAN/KOMPETISI
Persaingan atau kompetisi adalah suatu proses sosial dimana orang secara perorangan atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Suatu persaingan dapat bersifat pribadi ataupun tidak bersifat pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi di sebut juga rivalry, yakni apa bila orang perorangan secara langsung bersaing untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Misalnya di kelasmu ada dua orang,sebut saja Ahmad dan Hamid,yang sama-sama pandai. Mereka bersaing untuk memperoleh rangking pertama secara jujur tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Contoh persaingan antara Ahmad dan Hamid ini adalah contoh persaingan yang bersifat pribadi.
Sementara itu dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi yang langsung bersaing adalah kelompok-kelompok manusia. Dalam persaingan ini orang perorangan pun terlibat pula,tetapi sebagai anggota kelompok yang bersaing tersebut. Kita ambil contoh misalnya, persaingan antara kontestan pemilihan umum yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan sebanyak-banyaknya.
Persaingan juga memiliki beberapa bentuk yakni:
a). Persaingan di bidang ekonomi.
Persaingan di bidang ekonomi biasanya timbul karena terbatasnya persediaan bila di bandingkan dengan jumlah konsumen. Produsen biasanya bersaing untuk memperoleh konsumen sebanyak-sebanyaknya.
b). Persaingan di bidang kebudayaan.
Persaingan di bidang kebudayaan misalnya, persaingan untuk mendapat pengaruh di masyarakat antara kebudayaan barat dengan kebudayaan nasional Indonesia.
c). Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat.
Misalnya, persaingan untuk menjadi pemimpin dalam masyarakatnya atau persaingan untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi.
d). Persaingan karena perbedaan ras.
Hal ini terjadi atas dasar perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan ciri-ciri fisik lainnya.
Sebagai suatu proses sosial yang disosiatif persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a). Persaingan dapat menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif dari orang secara perorangan atau kelompok manusia. Manusia terkadang mempunyai sifat ingin memiliki kelebihan dari yang lain sehingga ia terdorong untuk bersaing.
b). Persaingan sebagai jalan dimana keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan yang menjadi sifat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya, oleh mereka yang bersaing.
c). Persaingan sebagai alat untuk mengadakan seleksi sosial. Misalnya berfungsi untuk memilih pemimpin di masyarakat yang benar-benar mampu.
d. Persaingan sebagai alat untuk menempatkan seseorang pada bidang-bidang kerja yang sesuai dangan kemampuannya.
Suatu persaingan dapat membawa akibat-akibat yang disosiatif yang dapat menjurus menjadi pertentangan atau pertikaian. Namun di sisi lain dapat juga bersifat Asosiatif atau positif jika di lakukan secara jujur, sehingga masing-masing pihak dapat meningkatkan diri dan tidak mesti memecahkan persatuan.
Hasil-hasil persaingan dapat berhubungan erat dengan beberapa faktor,antara lain:
a). Kepribadian seseorang.
Apa bila persaingan di lakukan secara jujur, maka persaingan akan dapat mengembangkan rasa sosial dalam diri seseorang terhadap lawannya. Persaingan dapat memperluas pandangan seseorang, pengertian, pengetahuan, dan juga perasaan simpatinya.
b). Kemajuan masyarakat.
Persaingan dapat mendorong seseorang untuk bekerja keras agar dapat memberikan sumbangannya bagi pembangunan masyarakat. Dengan persaingan tersebut suatu masyarakat dapat menjadi lebih maju.
c). Solidaritas kelompok.
Selama persaingan di lakukan secara jujur, solidaritas kelonpok tidak akan goyah. Persaingan yang jujur akan menyebabkan individu-individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosial dan berusaha menjaga keserasian.
d). Disorganisasi Masyarakat.
Persaingan dan perubahan yang terlalu cepat dapat menimbulkan perpecahan (disorganisasi) masyarakat apa bila masyrakat belum bisa menyesuaikan diri. Akibat persaingan dan juga perubahan yang cepat itu bisa berpengaruh terhadap sistem nilai, sistem norma, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
(2). KONTRAVENSI
Kontravensi adalah suatu proses sosial yang di tandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana, dan perasaan tidak suka yang di sembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap seseorang atau suatu kelompok.
Atau dengan kata lain kontravensi adalah suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, namun tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Jadi kontravensi ini pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian.
Proses sosial kontravensi mempunyai beberapa Sub Proses. Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker ada lima (5) Sub proses kontravensi, yaitu:
1). Proses yang umum.
Misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, menghalang-halangi, gangguan-gangguan dan perbuatan mengacaukan rencana pihak lain.
2). Bentuk kontravensi yang sederhana.
Misalnya menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki orang lain melalui surat selebaran, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dan sebagainya.
3). Bentuk kontravensi yang intensif.
Misalnya penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain, dan sebagainya.
4). Kontravensi yang bersifat rahasia.
Misalnya mengumunkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dan lainnya.
5). Kontravensi yang bersifat taktis.
Misalnya mengejutkan pihak lawan, mengganggu dan membingunkan pihak lain, memaksa pihak lain untuk menyesuaikan diri dengan kekerasan, ancaman, dan sebagainya.
Seperti yang telah di kemukakan,kontravensi merupakan proses sosial yang ada di antara persaingan dan pertentangan, namun jika persaingan dan pertentangan lebih bersifat terbuka, maka kontravensi sifatnya agak tertutup atau rahasia. Dalam kontravensi,pihak lawan tidak di serang secara fisik, melainkan secara psikologis (kejiwaan).
(3). Pertentangan/Pertikaian/Konflik
Pertentangan atau pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial dimana orang perseorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang di sertai dengan ancaman atau kekerasan.
Pertentangan atau pertikaian ini biasanya muncul karena adanya perbedaan-perbedaan, misalnya perbedaan jasmaniah, kebudayaan, pandangan, perasaan atau pola kelakuan antara seorang atau satu kelompok manusia dengan orang atau kelompok lainnya.
Yang Menjadi Penyebab Dari Pertentangan Atau Pertikaian Pada Umumnya Adalah;
a). Perbedaan antara orang-perorangan.
b). Perbedaan kebudayaan.
c). Bentrokan antara kepentingan-kepentingan.
d). Perubahan-perubahan sosial.
Dalam kehidupan sehari-sehari kita sering menyaksikan sendiri tentang adanya pertentangan atau pertikaian di masyarakat, baik yang di lakukan orang perorangan atau kelompok. Perkelahian antar pelajar atau pun peperangan antar bangsa merupakan contoh adanya pertikaian atau pertentangan antar manusia yang mungkin di latar belakangi oleh berbagai alasan.
Baca Juga
Proses-Proses Sosial Yang Asosiatif
Sama halnya dengan proses sosial yang Asosiatif, disosiatif dapat kita temukan dalam setiap masyarakat. Seperti yang saya terangkan di atas bahwa proses sosial yang disosiatif adalah proses yang bersifat oposisi yang dalam artian sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk suatu tujuan tertentu.
Adapun bentuk dari proses sosial yang disosiatif yaitu:
1). Persaingan/Kompetisi (Competition)
2). Kontravensi (Contravention)
3). Pertentangan/Pertikaian/Konflik (Contflict).
(1). PERSAINGAN/KOMPETISI
Persaingan atau kompetisi adalah suatu proses sosial dimana orang secara perorangan atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Suatu persaingan dapat bersifat pribadi ataupun tidak bersifat pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi di sebut juga rivalry, yakni apa bila orang perorangan secara langsung bersaing untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Misalnya di kelasmu ada dua orang,sebut saja Ahmad dan Hamid,yang sama-sama pandai. Mereka bersaing untuk memperoleh rangking pertama secara jujur tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Contoh persaingan antara Ahmad dan Hamid ini adalah contoh persaingan yang bersifat pribadi.
Sementara itu dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi yang langsung bersaing adalah kelompok-kelompok manusia. Dalam persaingan ini orang perorangan pun terlibat pula,tetapi sebagai anggota kelompok yang bersaing tersebut. Kita ambil contoh misalnya, persaingan antara kontestan pemilihan umum yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan sebanyak-banyaknya.
Persaingan juga memiliki beberapa bentuk yakni:
a). Persaingan di bidang ekonomi.
Persaingan di bidang ekonomi biasanya timbul karena terbatasnya persediaan bila di bandingkan dengan jumlah konsumen. Produsen biasanya bersaing untuk memperoleh konsumen sebanyak-sebanyaknya.
b). Persaingan di bidang kebudayaan.
Persaingan di bidang kebudayaan misalnya, persaingan untuk mendapat pengaruh di masyarakat antara kebudayaan barat dengan kebudayaan nasional Indonesia.
c). Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat.
Misalnya, persaingan untuk menjadi pemimpin dalam masyarakatnya atau persaingan untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi.
d). Persaingan karena perbedaan ras.
Hal ini terjadi atas dasar perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, dan ciri-ciri fisik lainnya.
Sebagai suatu proses sosial yang disosiatif persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a). Persaingan dapat menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif dari orang secara perorangan atau kelompok manusia. Manusia terkadang mempunyai sifat ingin memiliki kelebihan dari yang lain sehingga ia terdorong untuk bersaing.
b). Persaingan sebagai jalan dimana keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan yang menjadi sifat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya, oleh mereka yang bersaing.
c). Persaingan sebagai alat untuk mengadakan seleksi sosial. Misalnya berfungsi untuk memilih pemimpin di masyarakat yang benar-benar mampu.
d. Persaingan sebagai alat untuk menempatkan seseorang pada bidang-bidang kerja yang sesuai dangan kemampuannya.
Suatu persaingan dapat membawa akibat-akibat yang disosiatif yang dapat menjurus menjadi pertentangan atau pertikaian. Namun di sisi lain dapat juga bersifat Asosiatif atau positif jika di lakukan secara jujur, sehingga masing-masing pihak dapat meningkatkan diri dan tidak mesti memecahkan persatuan.
Hasil-hasil persaingan dapat berhubungan erat dengan beberapa faktor,antara lain:
a). Kepribadian seseorang.
Apa bila persaingan di lakukan secara jujur, maka persaingan akan dapat mengembangkan rasa sosial dalam diri seseorang terhadap lawannya. Persaingan dapat memperluas pandangan seseorang, pengertian, pengetahuan, dan juga perasaan simpatinya.
b). Kemajuan masyarakat.
Persaingan dapat mendorong seseorang untuk bekerja keras agar dapat memberikan sumbangannya bagi pembangunan masyarakat. Dengan persaingan tersebut suatu masyarakat dapat menjadi lebih maju.
c). Solidaritas kelompok.
Selama persaingan di lakukan secara jujur, solidaritas kelonpok tidak akan goyah. Persaingan yang jujur akan menyebabkan individu-individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosial dan berusaha menjaga keserasian.
d). Disorganisasi Masyarakat.
Persaingan dan perubahan yang terlalu cepat dapat menimbulkan perpecahan (disorganisasi) masyarakat apa bila masyrakat belum bisa menyesuaikan diri. Akibat persaingan dan juga perubahan yang cepat itu bisa berpengaruh terhadap sistem nilai, sistem norma, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
(2). KONTRAVENSI
Kontravensi adalah suatu proses sosial yang di tandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana, dan perasaan tidak suka yang di sembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap seseorang atau suatu kelompok.
Atau dengan kata lain kontravensi adalah suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap yang tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, namun tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Jadi kontravensi ini pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian.
Proses sosial kontravensi mempunyai beberapa Sub Proses. Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker ada lima (5) Sub proses kontravensi, yaitu:
1). Proses yang umum.
Misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, menghalang-halangi, gangguan-gangguan dan perbuatan mengacaukan rencana pihak lain.
2). Bentuk kontravensi yang sederhana.
Misalnya menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki orang lain melalui surat selebaran, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dan sebagainya.
3). Bentuk kontravensi yang intensif.
Misalnya penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain, dan sebagainya.
4). Kontravensi yang bersifat rahasia.
Misalnya mengumunkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat, dan lainnya.
5). Kontravensi yang bersifat taktis.
Misalnya mengejutkan pihak lawan, mengganggu dan membingunkan pihak lain, memaksa pihak lain untuk menyesuaikan diri dengan kekerasan, ancaman, dan sebagainya.
Seperti yang telah di kemukakan,kontravensi merupakan proses sosial yang ada di antara persaingan dan pertentangan, namun jika persaingan dan pertentangan lebih bersifat terbuka, maka kontravensi sifatnya agak tertutup atau rahasia. Dalam kontravensi,pihak lawan tidak di serang secara fisik, melainkan secara psikologis (kejiwaan).
(3). Pertentangan/Pertikaian/Konflik
Pertentangan atau pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial dimana orang perseorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang di sertai dengan ancaman atau kekerasan.
Pertentangan atau pertikaian ini biasanya muncul karena adanya perbedaan-perbedaan, misalnya perbedaan jasmaniah, kebudayaan, pandangan, perasaan atau pola kelakuan antara seorang atau satu kelompok manusia dengan orang atau kelompok lainnya.
Yang Menjadi Penyebab Dari Pertentangan Atau Pertikaian Pada Umumnya Adalah;
a). Perbedaan antara orang-perorangan.
b). Perbedaan kebudayaan.
c). Bentrokan antara kepentingan-kepentingan.
d). Perubahan-perubahan sosial.
Dalam kehidupan sehari-sehari kita sering menyaksikan sendiri tentang adanya pertentangan atau pertikaian di masyarakat, baik yang di lakukan orang perorangan atau kelompok. Perkelahian antar pelajar atau pun peperangan antar bangsa merupakan contoh adanya pertikaian atau pertentangan antar manusia yang mungkin di latar belakangi oleh berbagai alasan.