Titik Tolak Akhlak Kepada Orang Lain Adalah Kesadaran


Menyadari bahwa pada hakekatnya semua manusia adalah sama, yang membedakan hanyalah suku, bangsa serta bahasa. Termasuk karakter dan sifatnya. Tetapi kita semua adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Kesadaran akan hal ini akan membentuk sikap toleransi dan akhlak mulia dalam rangka menciptakan kondisi masyarakat yang rukun dan damai.

Untuk memperbaiki hubungan kepada orang lain tentu kita harus lebih dulu mengerti bagaimana kita bisa melihat dan memperbaiki diri dan mampu mengolah akhlak serta belajar menahan amarah dan pemaaf. Dengan begitu membantu akhlak kepada orang lain bisa di salurkan.
Mengumpat (al-Ghibah) adalah suatu perbuatan yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain, iri hati atau dengki (al-hasad/al-hiqd, adalah sikap kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan kan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali, mengadu domba (an-namimah), bersifat congkak (al-ujb), sikap kikir (al-bukhl), berbuat aniaya (azh-zhulm), dan mudah marah (al-ghadhab), semua itu adalah merupakan contoh akhlak buruk kepada orang lain.

Steven R. Covey, pakar etika karakter yang penulis Theo 7 Habis of High-Effective People, menilai bahwa mewujudkan etika karakter yang positif terhadap orang lain merupakan salah satu kecerdasan manusia. Dalam bahasa Daniel Goleman dalam Theo Multipleks Intelligences, akhlak terhadap orang lain di sebut kecerdasan Inter-personal.

Contoh Akhlak Mulia Terhadap Orang Lain



A. Belas kasihan atau kasih sayang (asy-syafakah), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain.
B. Rasa persaudaraan (al-ikha), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan atau mengikat tali persaudaraan.
C. Memberi nasihat (an-nashihah), yaitu suatu upaya untuk memberikan petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan, baik ketika orang yang di nasihati telah melakukan hal yang buruk maupun belum melakukannya.
D. Memberi pertolongan (an-nashr), yaitu suatu upaya untuk membantu orang lain agar tidak mengalami suatu kesulitan.
E. Menahan amarah (kashmul-ghaiz), yaitu upaya menahan emosi agar tidak di kuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.
F. Sopan-santun (al-hilm), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain, sehingga perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia.
G. Suka memaafkan (al-`afw), yaitu sikap dan perilaku seseorang yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang pernah di lakukan terhadapnya.