Penyebab Terjadinya Masalah Pada Siswa
Sekolah sebagai miniatur masyarakat menampung bermacam macam siswa dengan latar belakang kepribadian yang berbeda. Mereka hitorogen sebab di antara mereka ada yang miskin, ada yang kaya, bodoh dan pintar, yang suka patuh dan suka menentang, juga di dalamnya terdapat anak-anak dari kondisi keluarga yang berbeda. Inilah yang dimaksud dengan perbedaan individual di antara mereka Sesuai dengan asas perbedaan idividual di atas maka ada pula diantara mereka sejumlah siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang bermasalah. Mereka harus dipahami mengenai latar belakang masalahnya, bentuk-bentuk masalahnya sekaligus teknik-teknik penangannya.
Di antara masalah-masalah itu ada yang cukup diselesaikan oleh wali kelasnya tapi diantara sebagian harus ditangani oleh Petugas BP bahkan masalahnya serius maka yang bersangkutan perlu dihadapkan ke Psikiater.
Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa urgensi pembahasan anak bermasalah dalam kajian Psikologi Pendidikan tak dapat diabaikan. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa urgensinya Adanya pemahaman secara lebih menyeluruh dan mendalam tentang perbedaan-perbedaan individual, pengenalan diri apabila ada kecenderungan penyimpangan perilaku di antara para siswa dan mengetahui teknik-teknik menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi.
Seorang siswa dikatagorikan sebagai anak yang bermasalah apa bila ia menunjukan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Penyimpangan perilaku ada yang sederhana ada juga yang
ekstrim.
Penyimpangan perilaku yang sederhana semisal : mengantuk, suka menyendiri, kadang terlambat datang, sedangkan yang ekstrim ialah semisal sering membolos, memeras teman-temannya, ataupun tidak sopan kepada orang lain juga kepada gurunya.
SEBAB-SEBAB BERMASALAH
Banyak orang yang berpandangan bahwa apa yang ada adalah merupakan suatu aksi yang akan menimbulkan reaksi. Bahwa apa yang terjadi pada para siswa adalah semata-mata perilaku mereka sendiri yang
lepas dari latar belakang yang menyebabkannya. Seorang anak atau siswa yang mengantuk di dalam kelas misalnya, hal ini sering diterima sebagai kemalasan murid yang terpuji, Padahal pada hakikatnya tidaklah selamanya demikian. Seorang murid terpaksa mengantuk dalam kelas bisa jadi karena kelelahan dari semalam bekerja membantu orang tuanya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa apa yang di lakukan oleh murid tidakłah merupakan satu aktivitas yang independen, akan tetapi berkaitan erat dengan peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu jika ada suatu masalah maka perlu ditelusuri sampai ke pokok masalahnya. Hal ini untuk menghindari adanya perlakuan yang kurang sesuai terhadap para siswa.
Secara garis besar pangkal soal masalah-masalah siswa dikelompokkan menjadi dua; intenal dan eksternal.
INTERNAL
Sebab-sebab intemal ialah sebab-sebab yang berpangkal dari kondisi si murid itu sendiri. Hal ini bisa bermula dari adanya kelainan fisik maupun kelainan psikis.
1). Kelainan Fisik
Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir di tengah-tengah temannya yang normal. Sebagai contoh si Udin yang terlalu gemuk akan jadi bahan ejekan teman- temannya. Hal ini membuatnya merasa tak aman untuk hadir di tengah teman-temannya.
Kelainan-kelaianan fisik amatlah banyak bentuknya. Di antaranya ialah buta, bermata satu, bisu tuli, kaki kecil satu atau bahkan lumpuh total. Agar mereka tidak tersisihkan di antara teman-temannya yang normal, maka demi masa depannya negara menyelenggarakan pendidikan yang khusus buat mereka.
Sebuah lembaga pendidikan yang dirancang khusus untuk mereka akan membuat mereka percaya diri, merasa betah di dalamnya dan pelajaran-pelajaran yang khusus untuk mereka akan membuat mereka berani menghadapi realitas. Pembahasan secara lebih luas terhadap pendidikan anak- anak tak normal dibahas secara khusus dalam buku tersendiri.
2). Kelainan Psikis
Yang dimaksud dengan kelainan psikis ialah kelainan yang terjadi pada kemampuan berpikir (kecerdasan) seorang anak. Kelainan ini baik secara inferior (lemah) maupun superior (kuat).
Tak dapat dipungkiri bahwa anak-anak memang memiliki taraf kecerdasan (I.Q) yang berbeda-beda. Kecerdasan itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Ideot : I.Q. kurang dari 30
Embisil : I.Q. 30 - 49
Debil : I.Q. 50 - 69
Border Line : I.Q. 70 - 79
Bodoh : I.Q. 80 - 89
Sedang, rata-rata : I.Q. 90 - 109
Cerdas : I.Q. 110 - 119
Cerdas Sekali : I.Q. 120 - 139
Genius : I.Q. 140 - ke atas
Kelainan inferior dalam kecerdasan meliputi ; Ideot, Embisil, debil, border line dan bodoh.
Anak-anak dalam tarap kecerdasan ini akan sangat tersiksa bila dikumpulkan dalam satu kelas dengan anak-anak yang rata-rata. Anak-anak yang superior dalam arti memiliki tarap kecerdasan yang cerdas sekali atau bahkan genius juga merasa tertekan apabila harus disaturuangkan dengan anak-anak pada umumnya. Ini terjadi karena mereka merasa bahwa sekolah tidak memberi apa-apa bagi mereka. Alternatif terbaik untuk mendidik mereka adalah dengan mengumpulkan mereka pada satu kelas tersendiri atau bahkan satu sekolah khusus yang mendidik mereka.
EKSTERNAL
Sebab-sebab ekstemal ialah sebab-sebab yang hadir dari luar si murid. Sebab-sebab eksternal berpangkal dari keluarga, pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tak menyenangkan.
1). Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak. Anak mulai menerima nilai-nilai baru dari dalam keluarga dan dari keluargalah anak mulai mensosialisasikan diri.
Di dalam keluarga anak mulai tumbuh sejak kecil. Pada waktu kecil inilah adanya apa yang disebut Media Montessori sebagai-masapeka, sedangkan Dr. Zakiah Darodjat memberikan istilah adanya Persepsi Dasar.
Orang tua yang otoriter akan memperlakukan anak-anaknya secara otoriter. Perlakuan ini akan berkesan dalam jiwa anak sebagai persepsi dasar. Sebagai kelanjutannya ialah bahwa anak tersebut akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang otoriter dan keras kepala.
Anak-anak yang dibesarkan dengan segala kemudahan juga akan mempunyai kesan bahwa segalanya itu mudah. Karenanya dia akan sangat terpukul jika dia terpaksa harus menghadapi beberapa kesulitan dalam memahami satu bahan pelajaran. Bahkan dia akan memberontak.
Lingkungan keluarga, diakui oleh semua ahli Pendidikan maupun Psikologi sebagai lingkungan yang sangat menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya.
2). Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan anak-anak yang telah dididik baik oleh orang tuanya anak mendapatkan kesulitan untuk mengembangkan diri di tengah-tengah lingkungan yang tak baik. Hal ini akan menjadikan jiwanya terguncang. Seorang anak yang dididik untuk jujur akan merasa jengkel jika ternyata teman-temannya suka berbohong. Dia dihadapkan pada dua pilihan, jujur sesuai dengan didikan orang tua tapi tak diterima oleh kelompok atau ikut berbohong agar diterima oleh kelompok meskipun bertentangan dengan batinnya.
Jika suasananya demikian maka anak berada dipersimpangan jalan. Akan kemana anak akan melangkah sedikit banyak ditentukan oleh Intensitas masing-masing lingkungan. Jika lingkungan keluarga ternyata lebih menyenangkannya maka tentu dia akan memilih berbuat jujur. Tapi sebaliknya, jika lingkungan pergaulan lebih intensip maka ikut juga berbohong akan menjadi pilihannya.
Lingkungan pergaulan, karenanya juga mempunyai andil yang sangat berarti bagi perkembangan psikis anak jika lingkungan baik anak cenderung menjadi baik. Jika lingkungan jelek anakpun ada kecenderungan ikut jelek.
3). Pengalaman Hidup
Pepatah mengatakan "pengalaman adalah guru yang terbaik" Exprerience is the best teacher. Pepatah ini mengajarkan bahwa, pengalaman-pengalaman masa lalu tak akan pernah hilang. Semuanya tersimpan rapi dalam ruang ingatan. Apabila oleh satu dan lain hal pengalaman itu terulang maka reproduksi ingatan itupun secara otomatis segera terproses.
Anak-anak yang bodoh sering tak diperhatikan oleh gurunya. Suatu saat dia membuat keonaran dan tenyata dengan cara itu dia diperhatikan oleh gurunya. Karena dia butuh diperhatikan terus maka sesuai dengan pengalamannya maka iapun senantiasa membuat keonaran. Hakikatnya dia juga tak menyukai keonaran itu tapi apa boleh buat. Karena hanya itulah satu-satunya cara yang ia tempuh untuk menarik perhatian gurunya maka membuat keonaran baginya menjadi suatu keharusan obsesi.
Demikianlah beberapa sebab yang melatarbelakangi terjadinya masalah-masalah pada diri siswa. Alangkah sangat bijak apabila guru maupun petugas bimbingan memahami benar sebab-sebab kenakanlah itu lebih dulu sebelum dia memberikan langkah-langkah keluar bagi pemecahan para siswa-siswanya. Lanjut Bentuk-bentuk masalah pada siswa.